Lihat FotoTak Berani Jadi Oposisi, Pernusa Usul Golkar Pilih Berkoalisi dengan Gerindra atau PDIP Ketua Umum Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa), KP Norman Hadinegoro dan Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi.
Jakarta - Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa) menyebut bahwa Partai Golkar tidak pernah berani bermanuver menjadi oposisi di luar pemerintahan.
Ketua Umum Pernusa, KP Norman Hadinegoro berpandangan ada 2 partai politik (Parpol) yang cocok untuk diajak berkoalisi jika Golkar ingin mendapat posisi nyaman di pemerintahan, yakni Gerindra dan PDI Perjuangan (PDIP).
Demikian disampaikan Norman merespons pernyataan Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali yang mengajak Golkar untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan pendukung Anies Baswedan.
Selain itu, Norman juga menanggapi soal peluang diduetkannya Anies Baswedan dengan Airlangga Hartarto pada Pilpres 2024.
Dia mengusulkan agar Golkar mengusung kadernya sendiri untuk menjadi Capres maupun Cawapres pada kontestasi mendatang.
"Ada beberapa pilihan untuk Partai Golkar, ialah mengusung sendiri kadernya atau berkoalisi dengan Gerindra atau PDIP. Dua kekuatan tersebut adalah zona nyaman karena sama-sama partai koalisi pemerintah, " kata Norman seperti diwawancara Opsi, Senin, 8 Mei 2023.
"Partai koalisi pemerintah sudah menunjukkan kebersamaan dan gotong royong. Kayaknya siapa pun presidennya nanti, tetap dalam kebersamaan dan gotong royong meneruskan pembangunan yang katanya 13 tahun ke depan Indonesia akan hebat dan maju, " sambungnya.
Dia mengatakan, Golkar merupakan partai besar yang memiliki banyak kader berkualitas namun kalah pamor jika dijadikan Capres maupun Cawapres.
"Banyak kader Golkar yang berkualitas dan berkebangsaan tapi kalah populer jika diusung jadi capres atau cawapres, " ujarnya.
Baca juga:
Tony Rosyid: Berebut Anies Baswedan
|
Oleh sebab itu, lanjutnya, partai yang dipimpin Airlangga Hartarto itu selalu mencari posisi nyaman agar bergabung dengan pemerintahan.
"Watak Partai Golkar tidak akan pernah mau kalau diajak oposisi atau di luar pemerintahan. Biasanya Golkar mengambil posisi yang diprediksi akan menang di Pilpres, " tuturnya.
Diketahui, Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali membuka peluang Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menjadi cawapres Anies.
Namun, Ali menegaskan posisi itu tak boleh jadi syarat Golkar bergabung dengan Koalisi Perubahan.
Hal senada juga disampaikan Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi. Menurut Aboe, Airlangga mungkin saja jadi cawapres Anies, tetapi perlu perbincangan panjang.
"Bagi partai yang berkoalisi sah-sah saja mengajak figur dari partai lain bertujuan untuk menambah perolehan suara. Biasanya kader-kader Golkar sudah terbiasa dan terlatih untuk melobi partai-partai lain untuk membangun Indonesia yang berkebangsaan, " kata Norman menanggapi.
Kendati demikian, dia menegaskan bahwa Airlangga Hartarto tidak cocok jika diduetkan dengan Anies Baswedan.
"Pasti tidak cocok-lah. Karena Anies membawa politik identitas dan politik perubahan bukan politik berkelanjutan, " ucap Norman.[]